Kesombongan Bunga Matahari


Kesombongan Bunga Matahari
Oleh: Elwin FL Tobing

            Banyak bunga tumbuh di halaman rumah Juita. Ada bunga mawar dan bunga matahari. Selain itu masih ada pohon rambutan dan jeruk manis. Sementara rumput yang mungil tumbuh di bawahnya. Kupu-kupu bersayap indah terbang ke sana ke mari mencari sari bunga untuk dihisap.
            Hari demi hari tanaman-tanaman itu semakin bersemi. Juwita rajin menyiraminya setiap pagi dan petang. Juga menaburkan pupuk agar tanamannya tumbuh subur. Bunga matahari segera menjulang tinggi. Di sebelahnya bunga mawar, pohon rambutan dan jeruk manis tak mau kalah. Mereka menyerap makanan sebanyak-banyaknya dari dalam tanah. Lalu mengalirkannya ke seluruh bagian tubuhnya agar mereka juga cepat berkembang.
            “Hei rumput kecil. Kenapa di bawah saja. Ayo tumbuh tinggi seperti kami,” seru bunga matahari pada rumput di bawahnya.
            “Mana bisa bunga matahari. Aku memang begini. Hanya bisa merayap kerdil di atas tanah.” Sahut si rumput mungil.
            “Hehehe… kasihan sekali nasibmu. Kau tak akan bisa menikmati pemandangan bagus dari bawah situ. Benar-benar tumbuhan yang malang.” Kata bunga matahari penuh hinaan. Rumput kecil itu tak menjawab. Walau dia merasa sakit hati mendengar hinaan bunga matahari, tapi rumput itu bisa apa? Dia tak punya kekuatan untuk melawan bunga matahari yang tinggi menjulang dan berdaun lebar itu.
            “Wah, bagus sekali pemandangan dari atas sini.” Bunga matahari membuka daunnya lebar-lebar, “            Matahari cerah. Sinarnya hangat.”
            Rumput kecil coba mendongak untuk melihat matahari. Tapi pandangannya terhalang daun-daun rimbun. Daun bunga matahari, bunga mawar daun jeruk manis dan rambutan begitu rindang. Menghalangi pandangan rumput kecil hingga dia tak bisa melihat apa-apa.
            “Hei kupu-kupu. Apa kabar?” terdengar sapaan bunga matahari.
            “Kabar baik bunga matahari yang cantik.” Sahut kupu-kupu. Rumput kecil berusaha melihat si kupu-kupu. Dia rindu melihat sayap kupui-kupu yang cemerlang. Tapi tentu saja sia-sia. Daun-daun yang semakin rimdang dari hari ke hari semakin menyulitkan rumput kecil untuk menikmati pemandangan.
            “Boleh aku menghisap sari bungamu bunga matahari yang cantik?” pinta kupu-kupu.
            “Silakan, silakan,” bunga matahari menyambut keinginan si kupu-kupu dengan senang hati.
            Tidak hanya kupu-kupu. Tapi kumbang, lebah dan burung kecil juga ikut meramaikan suasana. Mereka asyik bercanda dan bercengkerama dengan bunga matahari, bunga mawar serta putik jeruk manis dan rambutan. Sepanjang hari mereka bermain-main. Tapi bunga matahari jadi iri hati.
            “Aku tidak sudi berbagi kegembiraan dengan tumbuhan jelek itu. Aku ingin kupu-kupu, kumbang, lebah dan burung kecil hanya bermain denganku. Aku bunga yang paling cantik. Semua harus memujaku.” Demikian kata bunga matahari dalam hati.
            Ketika kupu-kupu kembali datang untuk menghisap sari bunganya, bunga matahari serta merta memberi persyaratan.
            “Boleh saja. Asal kau tak boleh berkunjung ke bunga lain.”
            Kumbang, lebah dan burung kecil juga diberikan persyaratan yang sama.
            “Aku bunga yang paling cantik. Derajatku tinggi. Tak sebanding dengan mereka itu,” cibir bunga matahari ke arah bunga mawar, jeruk manis dan rambutan.
            “Baiklah bunga matahari. Kami terima persyaratanmu.” Sahut kupu-kupu dan kawan-kawannya.
            Karena tak pernah lagi dikunjungi kupu-kupu dan kawan-kawannya, bunga mawar, pohon jeruk dan rambutan jadi terlihat gersang. Mereka tak lagi mengalami penyerbukan. Rumpun mawar jadi tak berbunga. Sementara jeruk dan rambutan tak bisa berbuah. Tinggallah bunga matahari yang tetap rindang dan berbunga indah. Bunga matahari tertawa bangga.
            “Hei tanaman jelek. Enyahlah dari sini. Aku jijik dekat dengan kalian,” usir bunga matahari pada tanaman lain di sekitarnya. Keinginan bunga matahari mendapat sambutan. Juita memindahkan bunga mawar, pohon jeruk dan rambutan ke halaman belakang.
            “Mudah-mudahan di sini mereka bisa berbunga dan berbuah,” harap Juita sambil menaburkan pupuk di sekeliling batang tanaman yang baru dipindahkan itu.
            Setelah itu Juita juga menaburkan pupuk di sekitar batang bunga matahari. Membersihkan bunga cantik itu dari sisa-sisa daun kering. Tak ayal bunga matahari makin terlihat indah menawan.
            “Cantik sekali kau bunga matahari,” puji rumput kecil yang masih setia tumbuh di bawah bunga matahari.
            “Huh, kenapa kau tidak ikut dicabut? Padahal kau tanaman paling jelek disini.” Ketus bunga matahari. Sepertinya dia ingin hidup sendiri di situ. Bunga matahari tidak suka melihat ada tanaman lain di sekitarnya. Apalagi rumput kecil itu.
            “Kau merusak keindahan tempatku saja.” Hina bunga matahari. “Aku harap kau cepat dipindahkan. Atau dicabut saja sekalian. Biar kau mati mengering.”
            Rumput kecil terdiam. Dia jadi menyesal telah menyapa bunga matahri yang sombong itu.
            Suatu hari turun hujan lebat disertai angin kencang. Petir menggelegar. Pohon-pohon dan bunga di halaman belakang saling berpegangan agar bisa bertahan dari terpaan angin. Tapi bunga matahari di halaman depan kini tinggal sendiri. Dia tak sanggup menahan hempasan hujan dan angin yang terus menderu. Tak ada kawan si bunga matahari untuk berpegangan. Tak lama kemudian batangnya berderak.
            “Toloooong…” jerit bunga matahari. Dia tak sanggup lagi mempertahankan diri. Akhirnya dia rebah. Batangnya patah. Daunnya yang rindang dan bunganya yang indah terhempas ke tanah.
            “Tolong aku rumput kecil. Seluruh badanku sakit sekali..” rintih bunga matahari. Sekujur batang, daun dan bunganya telah belepotan tanah basah. Rumput kecil hanya bisa menangis. Dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong bunga itu.
            “Andai kau membiarkan bunga mawar, pohon jeruk dan rambutan itu tetap di sekitarmu. Kau tak akan mengalami nasib seburuk ini. Kalian akan bisa saling berpegangan untuk menahan terpaan angin kencang itu. Tapi kau terlalu sombong. Kau ingin hidup sendiri dan merasa tak membutuhkan kawan. Inilah buah dari kesombonganmu wahai bunga matahari yang malang,”  sesal si rumput kecil.
            “Aku menyesal rumput kecil. Tapi penyesalanku sudah terlambat,” napas bunga matahari tersengal-sengal. Sepertinya dia tak bisa lagi diselamatkan.


2 Responses
  1. adiseo Says:

    Makasih ya atas infromasi yang diberikan sangat bermanfaat sekali
    salam kenal dari Cara membuat manisan kolang kaling kering


  2. Unknown Says:

    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/ini-5-tafsir-di-balik-mimpi-buruk-anda.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/berkat-duduk-dekat-jendela-pesawat-pria.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/catat-tiga-pilihan-kado-tepat-untuk.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    • Bandar66
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!