Rista
Di Kebun Buah
Oleh:
Elwin FL
Tobing
Rista menyambut tibanya libur
sekolah dengan hati gembira. Dengan cepat dia menyongsong ayah begitu tiba dari
kantor sore harinya.
“Kita jadi berlibur ke desa kakek kan, Yah?” sambut Rista
pada ayah yang baru sampai di pintu pagar rumah. Ayah pura-pura terkejut,
“Berlibur ke desa? kapan?”
“Ih! Ayah kok lupa sih? Kan ayah sudah janji
liburan ke desa. Ayah cerita di desa banyak buah-buahan. Nanti Rista bisa makan
buah sepuasnya. Masa ayah lupa sih?” kata Rista berusaha mengembalikan ingatan ayah.
Perasaan ayah belum tua deh! Kok sudah gampang lupa sih?
“Gimana Yah. Jadi kan?” desak Rista mengikuti ayah ke ruang
tengah. Rista sigap menaruh sepatu ayah ke rak sepatu. Tak lupa Rista
menghidangkan segelas air putih dari kulkas. Mudah-mudahan setelah minum
ingatan ayah pulih kembali, harap hati Rista. Rugi dong kalau sampai batal
liburan ke desa kakek. Sejak lama Rista sudah membayangkan nikmatnya memakan buah-buahan
dari kebun kakek. Rambutan, duku, pepaya, jambu air, terong belanda…terong
belanda? Rista kan
paling suka jus terong belanda. Rasanya asem-asem manis gitu. Nyam..sedapnya
mereguk jus terong belanda sambil menemani nenek menjaga jemuran padi dari
incaran ayam nanti.
Setelah minum air yang dibawa Rista,
ayah bersandar di sofa. Sepertinya ayah cukup lelah hari ini. Mata ayah
terpejam seperti mengantuk. Rista jadi cemas. Bagaimana dong liburannya. Rista
beranjak ke belakang ayah. Dia memijit-mijit pundak ayah.
“Ayah sudah ingat kan janjinya?” Tanya Rista pelan.
“Janji apa?” Tanya ayah sambil
tersenyum.
“Ih ayah! Udah disimpanin sepatunya,
dikasih minum, dipijitin.pundaknya,.masa nggak ingat juga janji untuk liburan
ke desa?” sentak Rista. Bibirnya manyun. Wajahnya menekuk.
“Oh iya iya, ayah ingat!” seru ayah
tiba-tiba. Sebenarnya ayah ingat kok sama janjinya. Ayah hanya pura-pura lupa
untuk menggoda Rista. Ayah memang suka bercanda. Dan Rista seringkali jadi
sasaran candaan ayah. Habis wajah Rista jadi menggemaskan kalau sedang
cemberut. Pipinya yang tembem nampak lucu kalau merengut. Dan ayah sangat suka
melihatnya hi hi hi..! Dasar ayah tukang bercanda.
Keesokan harinya, ayah, ibu dan
Rista berangkat ke desa Sitarealaman, tempat tinggal kakek dan nenek. Mereka
naik bus Medan Raya Tour. Hawa yang segar dan dingin menyambut kedatangan Rista.
Hati Rista semakin riang begitu melihat pohon buah-buahan di samping rumah
kakek tengah berbuah lebat. Air liur Rista sampai menetes.
“Kek, Rista ambil buah ya!” pinta
Rista tak sabar lagi. Terong belanda yang sudah masak dan bergelantungan di
ranting seolah memanggil-manggilnya.
“Besok saja ya sayang. Sekarang kita
istirahat dulu. Kan
capek naik bus tujuh jam dari Medan
kemari.” Kata ibu. Kakek mendukung pendapat ibu.
“Benar cucu kakek yang cantik. Besok
saja ambil buah sepuasnya. Sekarang duduk dulu melepas lelah. Kalau terlalu
capek nanti malah sakit.”
Dengan berat hati, Rista menuruti
saran itu. Dia berharap hari cepat berlalu.
Keesokan harinya, Rista mengajak
sepupunya yang bernama Glori mengambil buah. Rista begitu bersemangat menjolok
buah terong belanda yang sudah masak.
“Ambil Glo..!” teriak Rista ketika
terong belanda yang dijoloknya terlempar ke semak-semak. Glori malas-malasan
mengambil buah itu.
“Buah ini nggak enak, Ris. Kita beli
ciki aja yuk,” kata Glori. Rista jadi heran, “Lho! Ini buah yang paling aku
suka. Nanti kita jus, biar tambah sedap,” ucap Rista sambil terus menjolok buah
masak yang masib banyak bergelantungan di ranting.
“Aku nggak suka buah-buahan, Ris.
Aku lebih suka ciki, coklat sama permen,” sahut Glori lagi. Glori tetap tidak
bersemangat menemani Rista mengambil buah. Rista jadi sedih. Semangatnya jadi
ikut-ikutan menurun. Sore harinya Rista mengadukan hal itu pada tante Kristin,
adik bungsu ayah, yang tinggal sama kakek dan nenek di desa.
“Begitulah kalau sudah dipengaruhi
iklan di tipi, Ris,” kata tante Kristin, “Glori dan kawan-kawannya yang lain
memang tidak suka lagi makan buah-buahan. Makanya buah-buahan di samping rumah
ini banyak yang berjatuhan busuk karena tidak ada yang memakannya. Anak-anak
disini lebih suka makan aneka jenis makanan ringan yang diiklankan di tipi.
Padahal makan buah-buahan segar jauh lebih bermanfaat dari makanan ringan
olahan pabrik.”
Rista mengangguk-angguk mendengar
penjelasan tante Kristin. Duh, sayang sekali. Padahal di kota, orang harus mengeluarkan sejumlah uang
untuk membeli buah. Tapi didsa ini, Tuhan menganugrahkan buah-buahan secara
gratis. Tapi karena kurang mengerti khasiatnya, buah-buahan itu jadi sia-sia.
Rista berusaha menyadarkan Glori dan
anak-anak desa yang lain akan pentingnya buah-buahan. Banyak vitamin, protein
dan zat-zat yang sangat dibutuhkan tubuh terkandung di dalam buah-buahan. Rista
membuat jus terong belanda dan membagikan pada Glori dan dawan-kawannya yang
lain. Besoknya Rista mengajak mereka membuat rujak. Bumbu rujak yang disiapkan
ibu membuat mereka lahap.
“Enak ya,” desis Glori tak berhenti
mengunyah.
“Iya! Lebih enak dari ciki dan
permen.” Sambung anak yang lain.
Rista tersenyum senang.
Teman-temannya di desa itu sudah kembali menyukai buah-buahan. Sejak itu, Rista
menghabiskan sisa liburannya di desa untuk memanen buah. Glori dan
kawan-kawannya ikut menemani dengan penuh semangat. Mereka mengajari Rista
memanjat pohon jambu. Tapi karena sama sekali belum pernah, Rista sering
tergelincir. Dan tawa mereka pecah dengan riangnya. Aduhai! Senangnya liburan
di desa.