Kucing
Hitam yang Serakah
Oleh:
Elwin FL
Tobing
Tiga ekor kucing sedang berbaring di
atap rumah pak tani. Tiba-tiba dua ekor tikus melintas buru-buru. Pasti tikus
itu ingin mencuri padi yang baru dipanen pak tani dari sawah. Melihat tikus-tikus
itu, ketiga kucing yang tadi berbaring, serentak berdiri hendak mengejar.
“Hep…kalian di sini saja,” kucing
berbulu hitam menghentikan dua kucing lainnya, “Biar aku yang memburu tikus
itu.” Kata si kucing hitam.
“Kok begitu? Saya juga lapar nih!”
kata kucing berbulu belang.
“Saya juga” kucing berbulu putih menimpali.
“Tidak bisa. Tikus itu untuk saya.
Awas kalau kalian ikut-ikutan,” ancam si kucing hitam seraya memperlihatkan
cakarnya yang tajam. Setelah itu dia melompat cepat memburu kedua tikus itu.
Tak lama kemudian terdengar cicit si tikus yang panik melarikan diri. Tapi
kucing hitam sangat gesit. Dia berhasil menangkap kedua tikus ketika hendak
bersembunyi di balik lemari dapur.
Setelah
menyantap kedua tikus itu, si kucing hitam kembali ke atap rumah. Sambil
bersiul-siul senang dia merebahkan badannya yang sudah kenyang di dekat kucing
belang dan kucing putih. Karena kekenyangan si kucing hitam mulai mengantuk.
Ci ci cit….seekor tikus berkelebat di
sekitar kandang ayam tak jauh dari ketiga kucing itu. Kucing belang dan kucing
putih melompat hendak mengejar si tikus.
“Hei..berhenti!” kucing hitam
terbangun. Kucing belang dan kucing putih menoleh pada si kucing hitam.
“Kenapa kau suruh kami berhenti?”
Tanya kucing putih.
“Tikus itu untukku.” Jawab si kucing
hitam dengan rakusnya.
“Tapi kau kan sudah dapat tadi. Dua ekor malah.” Sela
si kucing belang.
“Masih kurang.” Si kucing hitam bangkit
dari tidurnya, “Setelah aku benar-benar kenyang kalian baru boleh berburu
tikus.” Katanya sambil mengendus-endus. Setelah dapat melacak bau si tikus, si
kucing hitam berlari tangkas. Tak lama kemudian terdengar suara tikus yang
menjerit-jerit. Kucing hitam sudah berhasil menangkapnya.
Sementara itu si kucing belang dan
si kucing putih hanya bisa terduduk lemas. Mereka terpaksa menahan lapar.
Kucing belang dan kucing putih tidak berani protes. Mereka takut si kucing
hitam marah. Badan si kucing hitam sangat besar dan kuat. Kucing belang dan
kucing putih pasti kalah kalau berkelahi dengannya.
“Bagaimana ini, Belang? Kalau terus
begini kita bisa mati kelaparan.” kata si kucing putih.
“Iya, padahal di sekitar kita banyak
tikus.” Sahut kucing belang dengan wajah tak berdaya.
“Apa kita lawan saja si kucing hitam
itu?” si kucing putih memberanikan diri. Terus terang si kucing putih
sebenarnya tidak berani. Tapi kalau terus didiamkan, si kucing hitam pasti akan
semakin keterlaluan.
Si kucing belang tidak setuju dengan
usul kawannya “Tidak perlu berkelahi. Lebih baik kita pindah.” Kata si kucing
belang.
“Pindah ke mana?”
“Kita cari tempat lain. Aku tidak
mau mati kelaparan di sini.”
“Baiklah. Aku setuju kita pindah.”
Kedua kucing itu lalu melangkahkan
kaki menuruni atap.
“Hei, mau ke mana?” teriak si kucing
hitam yang terlihat menaiki atap. Perut si kucing hitam tampak semakin penuh.
Dia pasti sangat kenyang.
“Kami mau pindah,” sahut si kucing
belang.
“Biar kamu puas menghabiskan
tikus-tikus di sini sendirian.” Sambung si kucing putih. Mendengar itu, si
kucing hitam tertawa keras. Dia merasa puas telah berhasil menyingkirkan si
belang dan si putih. Dengan begitu tidak ada lagi saingannya dalam berburu
tikus di sekitar rumah pak tani.
“Pergi jauh ya! Kalau perlu ke luar
negeri biar tidak bisa lagi pulang kemari ha ha ha..” si kucing hitam tertawa
mengejek.
Sejak kepergian si belang dan si
putih, tikus-tikus semakin banyak berkeliaran di rumah pak tani. Mereka
berkembang biak dengan cepat. Walau si kucing hitam terus memburu tikus-tikus
itu, tapi akhirnya si kucing hitam kewalahan juga. Dia tidak sanggup lagi menghabiskan
tikus yang banyak itu. Si kucing hitam sudah sangat kenyang. Dan tikus-tikus
terus berdatangan tak ada habisnya.
“Aduh, banyak sekali tikus di rumah
ini. Bisa habis padi yang baru dipanen itu dimakannya.” Keluh pak tani.
“Kemana si kucing hitam. Kok kucing
itu membiarkan tikus-tikus ini merajalela?” seru bu tani sambil mencari-cari
keberadaan si kucing hitam. Ketika itu si kucing hitam sedang tertidur
kekenyangan di bawah meja. Si kucing hitam telah memakan tiga ekor tikus, dan
perutnya sudah penuh sekali. Karena kekenyangan, kucing hitam tertidur. Dia
membiarkan tikus yang lain mencuri padi pak tani.
“Dasar kucing pemalas,” bu tani
geram dan memukul si kucing hitam yang tertidur. Karena kesakitan si kucing
hitam terbangun dari tidurnya. Dia ketakutan melihat bu tani yang memukulnya
dengan kayu
“Percuma dipelihara. Kerjamu hanya
tidur saja.” kata bu tani kembali memukul si kucing belang berulang-ulang.
Ngeoooongg..ngeeeooongg… jerit si
kucing belang. Karena kesakitan dia berlari meninggalkan bu tani.
“Ya, pergi saja kau dari rumah ini.
Percuma kau dipelihara kalau tidak bisa membasmi tikus. Awas kalau kau kembali
lagi. Aku akan memukulnya lebih kuat lagi.” Ancam bu tani. Kayu yang
dipegangnya, dilemparkannya pada si kucing hitam. Kaki si kucing belang kena.
Dia berlari terpincang-pincang.
Si kucing hitam teringat pada si
kucing belang dan si kucing putih. Si kucing hitam menyesal telah membiarkan
kedua temannya itu pergi dulu. Andai saja si kucing hitam tidak serakah. Kalau
mereka bekerja sama tentu akan bisa mengimbangi tikus-tikus yang banyak itu.
Si kucing hitam benar-benar
menyesali keserakahannya. Dia berjanji akan mencari si kucing belang dan si
kucing putih. Si kucing hitam akan meminta maaf pada kedua temannya itu.
Setelah itu si kucing hitam akan mengajak si kucing belang dan si kucing putih
kembali ke rumah pak tani. Si kucing hitam ingin menebus kesalahannya. Dia akan
mengajak kedua temannya untuk bekerja sama membasmi tikus dari rumah pak tani.
Dengan begitu mudah-mudahan pak tani dan bu tani tidak marah lagi.